PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI
Parenicepos : Pada bab ini kita akan mempelajari tentang Pendekatan Tradisional Untuk Perumusan Teori Akuntansi, disini akan dijelaskan beberapa pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan-perbedaan teori akuntansi dan lain sebagainya. Untuk itu silahkan disimak dan dipelajari dengan sungguh-sunguh agar semakin mengerti dan paham.
4.1 Hakikat Akuntansi: Berbagai Pandangan
Akuntansi sebagai
seni maupun sebagai aktivitas jasa dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi
mencakup sekumpulan teknik yang dianggap bermanfat untuk suatu bidang tertentu.
The Handbook of Accounting mengidentifikasi berbagai bidang yang
memanfaatkan akuntansi yaitu: laporan keuangan, penentuan dan perencanaan
pajak, audit independent, system-sistem pemrosesan data dan informasi,
akuntansi biaya dan manajemen, akuntansi pendapatan nasional, dan konsultasi
manajemen.
Mata Kuliah Teori Akuntansi |
Para akuntan
memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan
perbedaan teori-teori akuntansi. Beberapa pandangan tersebut antara lain:
4.1.1 Akuntansi sebagai ideologi
Ideologi
merupakan pandangan umum yang terlepas dari wawasannya yang parsial dan mungkin
penting, mencegah kita untuk memahami masyarakat di mana kita tinggal dan
kemungkinan untuk mengubahnya.
Akuntansi
dipandang sebagai suatu fenomena ideology sebagai suatu sarana untuk
mempertahankan dan melegitimasi aturan-aturan social, ekonomi dan politik yang
berlaku saat ini.
4.1.2 Akuntansi sebagai
bahasa
Akuntansi adalah
satu alat mengkomunikasikan informasi suatu bisnis. Persepsi akuntansi sebagai
bahasa ini juga diakui oleh profesi akuntansi, yang menerbitkan bulletin
terminilogi (istilah) akuntansi. Hal ini juga diakui dalam literature empiris,
yang mencoba untuk mengukur komunikasi dari konsep akuntansi.
Hal itu mungkin
dapat dibuktikan sebagai berikut :
a. Symbol / Karakter Leksikal (makna kata) dari suatu bahasa adalah
unit-unit atau kata-kata “yang memiliki arti” dan dapat diidentifikasikan dalam
bahasa mana pun.
b. Aturan tata bahasa dari suatu bahasa mengacu pada pengaturan sintaksis (tata
bahasa) pada bahasa apa pun.
4.1. 3 Akuntansi sebagai catatan
historis
Umumnya,
akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis
(history) suatu organisasi dan transaksi-transaksinya dengan lingkungannya.
Baik bagi pemilik maupun pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi
menyediakan suatu sejarah kepengurusan manajer terhadap sumber daya pemilik. Binberg
membedakannya menjadi empat periode :
a. Periode Pemeliharaan Murni
b. Periode Pemeliharaan Tradisional
c. Periode Utilisasi (pemanfaatan)
Aktiva
d. Periode Terbuka
4.1.4 Akuntansi sebagai realitas ekonomi masa kini
Akuntansi juga telah dipandang sebagai suatu sarana untuk mencerminkan realitas
ekonomi masa kini. Tesis (pernyataan) utama dari pandangan ini adalah bahwa
baik neraca maupun laporan laba rugi harus didasarkan pada suatu basis
penilaian yang lebih mencerminkan kenyataan ekonomi daripada biaya historis.
Tujuan utama dari gambaran akuntansi ini adalah penentuan laba yang sebenarnya,
suatu konsep yang mencerminkan perubahan kesejahteraan perusahaan pada suatu
periode waktu.
4.1.5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Akuntansi sebagai proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter
(biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna
eksternal). Pandangan ini memberikan manfaat yang penting baik secara
konseptual maupun secara empiris, (1) pandangan ini mengasumsikan bahwa system
akuntansi merupakan satu-satunya system pengukuran formal dalam organisasi, (2)
pandangan ini memunculkan kemungkinan desain system akuntansi yang optimal yang
memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat.
4.1.6.
Akutansi sebagai komoditas
Akutansi juga dipandang sebagai suatu komoditas yang merupakan hasil dari suatu
aktivitas ekonomi. Akutansi ada karena terdapat permintaan akan informasi
khusus dan akuntan mau dan mampu untuk menghasilkannya.
4.1.7. Akutansi
sebagai mitos
Akutansi menciptakan mitos yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan
menjelaskan fenomena kompleks. Melalui akutansi, suatu fenomena ekonomi
kompleks diterjemahkan bagi para pengguna dengan cara yang lebih mudah dan
dapat dimengerti, sehingga menciptakan lebih banyak mitos dari pada kenyataan.
4.1.8. Akutansi sebagai alasan logis
Akutansi mungkin digunakan untuk melekatkan makna terhadap peristiwa dan karenanya
menyediakan suatu justifikasi bagi kejadian mereka di masa mendatang, dengan
adanya ketidaktepatan dan ketidakpastian yang melingkupi kebanyakan angka
akutansi, akutansi mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk melegitimasi
pemunculannya. Oleh sebab itu, akutansi menjadi suatu perisai jaminan atau
sertifikasi otoritas terhadap angka tersebut dan menyediakan suatu alasan
pemikiran atas tindakan yang berdasar pada angka tersebut.
4.1.9. Akuntansi
sebagai perumpamaan
Akuntansi memberikan kontribusi terhadap penciptaan suatu gambaran atau citra
dari organisasi. Akuntansi bertindak sebagai suatu gambaran organisasi melalui
peristiwa yang telah diseleksi dan transaksi yang terjadi di organisasi. Konsekuensinya
adalah timbul perasaan akan pentingnya akuntansi dan konsepsi tertentu mengenai
realitas organisasi.
4.1.10.
Akuntansi sebagai percobaan
Akuntansi cukup fleksibel untuk mengakomodasi berbagai situasi, mengadaptasi
solusi-solusi baru untuk masalah baru, dan beradaptasi terhadap kasus-kasus
yang paling kompleks. Perusahaan-perusahaan dapat melakukan percobaan melalui
pemakaian data, teknik, laporan atau pengungkapan akuntansi yang berbeda agar
sesuai dengan lingkungan tertentu yang mereka miliki dan untuk beradaptasi
terhadap kondisi yang berubah, dan bukannya terhambat atau terpaku kepada
pendekatan konvensional yang sama. Akuntansi merupakan percobaan terutama
ketika ia bersifat sukarela, inovatif dan tentative.
4.1.11.
Akuntansi sebagai distorsi
Karena akuntansi digunakan untuk mengendalikan atau memengaruhi
tindakan-tindakan baik dari pengguna internal maupun eksternal, akuntansi
menjadi sasaran ideal bagi pihak-pihak yang mencoba untuk memanipulasi arti
dari pesan yang akan dilihat oleh pengguna. Terdapat empat kelompok yang mungkin
memengaruhi atau dipengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi : subjek yang
perilakunya memberikan data bagi pesan-pesan akuntansi, akuntan yang menyiapkan
data, akuntan yang memeriksa data dan penerima data.
Tindakan disfungsional
(tidak benar) berupa manipulasi data ini disebut sebagai gangguan suara. Metode
yang digunakan untuk mendistorsi system informasi dapat diklasifikasikan
menjadi enam kategori besar berikut ini :
a. Perataan atau penghalusan : mencakup proses pengubahan arus data alami atau
terencana tanpa mengubah aktivitas actual dari organisasi.
b. Pembiasan : mencakup proses pemilihan tanda-tanda yang memiliki kemungkinan
paling besar untuk diterima dan dipilih oleh pengirim.
c. Pemfokusan : mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan aspek-aspek
tertentu dari sekumpulan informasi.
d. Permainan : mencakup proses penyeleksian aktivitas-aktivitas oleh pengirim
sehingga menyebabkan terkirimnya pesan.
e. Penyaringan : mencakup proses pemilihan aspek-aspek tertentu yang
menguntungkan dari serangkaian informasi yang sama berharganya dari komunikasi
melalui pengumpulan, penyajian, agregasi, penahanan, atau penundaan.
f. Tindakan illegal : mencakup proses pemalsuan data dan akibatnya melanggar
hukum privat atau public.
4.2
Penyusunan dan Verifikasi Teori
Walaupun
akuntansi merupakan sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam bidang
spesifik, namun praktiknya dilakukan dalam kerangka konseptual implicit yang
terdiri dari prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang telah diterima oleh
profesi, dikarenakan oleh kegunaan dan logika yang dikandungnya.
Petunjuk yang disebut sebagai ‘prinsip-prinsip akuntansi berterima umum/PABU’
(Generally Accepted Accounting Principles/GAAP) ini mengarahkan profesi
akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan dalam penyiapan laporan
keuangan dengan suatu cara yang dianggap sebagai praktek terbaik.
Teori seharusnya
tunduk terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris untuk membuktikan
keakuratannya. Jika suatu teori bersifat matematis, pembuktian sebaiknya
diprediksi melalui konsistensi logis. Apabila teori didasarkan pada fenomena
fisik atau social, pembuktiannya sebaiknya diprediksi melalui hubungan antara
kejadian-kejadian dan observasi-observasi sesungguhnya yang digunakan untuk
membuat kesimpulan. Suatu teori akuntansi seharusnya dapat menjelaskan dan
memprediksi fenomena akuntansi yang ada: saat sejumlah fenomena muncul,
fenomena-fenomena tersebut diharapkan dapat membuktikan kebenaran teori
tersebut.
4.3
Hakikat Teori Akuntansi
Tujuan utama dari
teori akuntansi adalah memberikan basis bagi peramalan dan penjelasan
perilaku dan peristiwa akuntansi. Kita asumsikan, sebagai salah satu pasal
dari kepercayaan, bahwa teori akuntansi adalah suatu hal yang mungkin. Teori
didefinisikan sebagai “ suatu rangkaian gagasan, difinisi dan usulan yang
saling berhubungan yang melambangkan suatu pandangan sistematis atas fenomena
melalui penentuan hubungan yang ada diantara variable-variabel dengan tujuan
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
4. 4 Metodologi dalam Perumusan
Teori Akuntansi
Kita sekarang
telah menetapkan bahwa suatu teori akuntansi adalah mungkin jika (1) teori
memberikan suatu kerangka referensi seperti yang disarankan oleh
Hendriksen, dan (2) teori mencakup tiga elemen : pengodean fenomena ke
dalam penyajian simbolis, manipulasi atau kombinasi yang mematuhi aturan
tertentu, dan penerjemahan kembali ke fenomena dunia nyata, seperti yang
disarankan oleh McDonald.
Akuntansi adalah suatu
seni yang tidak dapat diformalisasikan dan bahwa metodologi yang digunakan
dalam formulasi suatu teori akuntansi secara tradisional adalah usaha untuk
menjustifikasikan apa yang telah terjadi dengan memodifikasikan praktek-praktek
akuntansi. Teori tersebut dinamakan akuntansi deskriptif. Sedangkan
akuntansi normative adalah teori akuntansi berusaha untuk menjustifikasikan apa
yang seharusnya terjadi, bukan apa yang terjadi. Inventory of Generally
Accepted Accounting Principles for Bussiness Enterprise (Paul Grady),
Accounting Priciples Board (APB) Statement No 4 merupakan bentuk pendekatan
deskriptif dalam akuntansi. A Statement of Basic Accounting Theory (American
Accounting Association) merupakan bentuk pendekatan normative dari akuntansi.
4. 5 Pendekatan untuk Perumusan Teori Akuntansi
Walaupun belum
ada satupun teori akuntansi yang komprehensif, namun berbagai teori akuntansi
yang bersifat menengah atau setengah jadi telah dihasilkan melalui sejumlah
pendekatan yang berbeda. Untuk menjamin kejelasan, kita akan membatasi diskusi
dalam bab ini hanya pada pendekatan tradisional untuk menyusun teori
akuntansi.
Pendekatan-pendekatan
tradisional ini meliputi:
1. Non Teoritis, praktis, atau
pragmatis
2. Teoritis :
a) Deduktif
b) Induktif
c) Etis
d) Sosiologi
e) Ekonomi
f) Selektif
2. Teoritis :
a) Deduktif
b) Induktif
c) Etis
d) Sosiologi
e) Ekonomi
f) Selektif
4.5.1. Pendekatan nonteoretis.
Adalah suatu pendekatan pragmatis
(praktis) dan pendekatan kekuasaan. Pendekatan pragmatis terdiri atas penyusunan suatu teori yang ditandai oleh
kesamaan dengan praktik di dunia nyata yang berguna dalam artian memberikan
solusi yang sifatnya praktis. Sedangkan pendekatan kekuasaan untuk merumuskan
suatu teori akuntansi yang terutama dipergunakan oleh organisasi professional
terdiri atas penerbitan pernyataan sebagai regulasi dari praktik-praktik
akuntansi.
Pendekatan teori akuntansi merasionalisasikan
pilihan dari teknik-teknik akuntansi yang berdasarkan atas pemeliharaan
persamaan akuntansi. Pernyataan neraca biasanya dinyatakan sebagai :
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Persamaan laba akuntansi biasanya dinyatakan sebagai :
LABA AKUNTANSI = PENDAPATAN –BEBAN
4.5.2. Pendekatan
deduktif
Pendekatan deduktif dalam penyusunan teori manapun diawali dengan dalil
dasar dan diteruskan dengan pengambilan kesimpulan logis mengenai subjek
yang dipertimbangkan. Langkah yang dipergunakan untuk memperoleh pendekatan
deduktif akan meliputi : (1) menentukan tujuan dari laporan keuangan (2)
memilih “postulat” (anggapan dasar) dari akuntansi (3) menghasilkan “prinsip”
dari akuntansi (4) mengembangkan “teknik” dari akuntansi.
4.5.3. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif dari penyusunan sebuah teori diawali dengan observasi
dan pengukuran serta berlanjut pada kesimpulan umum. Pendekatan induktif
untuk suatu teori mencakup empat tahap : (1) mencatat seluruh observasi (2)
menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi adanya hubungan
yang berulang kembali. (3) penurunan induktif dari generalisasi dan prinsip
akuntansi dari observasi yang menggambarkan hubungan berulang. (4) menguji
generalisasi.
Menarik untuk diingat bahwa walaupun pendekatan
deduktif diawali dengan dalil umum, formulasi dari dalil sering diselesaikan
dengan alasan induktif, dikondisikan oleh pengetahuan penulis, dan pengalamannya
dengan praktik akuntansi.
4.5.4. Pendekatan etis
Inti dasar dari pendekatan etis (sesuai etika) adalah terdiri dari konsep kewajaran,
keadilan, ekuitas dan kenyataan. Konsep tersebut merupakan criteria utama dari D.R
Scott untuk perumusan teori akuntansi.
4.5.5 Pendekatan sosiologi
Pendekatan sosiologi bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh
social dari teknik akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang
berpusat pada suatu konsep dari kewajaran yang lebih luas, kesejahteraan
social. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau teknik akuntansi yang
ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap seluruh
kelompok dalam komunitas.
4.5.6. Pendekatan ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada
pengendalian perilaku dari indikator-indokator makro ekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari berbagai
teknik akuntansi. Ketika pendekatan etis berfokus pada suatu konsep
“kewajaran” dan pendekatan sosiologi pada suatu konsep “kesejahteraan
social”, pendekatan ekonomi berfokus pada suatu konsep dari “kesejahteraan
ekonomi umum”.
Konsekuensi ekonomi dari laporan keuangan termasuk, antara lain : (1)
distribusi kesejahteraan (2) tingkat resiko agregat dan alokasi resiko diantara individu (3)
konsumsi dan produksi agregat (4) alokasi sumber daya antar perusahaan (5)
penggunaan sumber daya untuk produksi, sertifikasi, penyebaran, pemrosesan,
analisis dan interpretasi dari informasi keuangan (6) penggunaan sumber daya
dalam pengembangan, penyesuaian, penekanan, dan litigasi dari regulasi, dan (7) penggunaan dari sumber daya
dalam sektor privat mencari informasi.
4.6. Pendekatan Selektif untuk Perumusan Teori Akuntansi
Secara umum, perumusan suatu teori akuntansi dan
pengembangan prinsip-prinsip akuntansi telah mengikuti pendekatan selektif,
atau kombinasi dari berbagai pendekatan. Pendekatan selektif ini telah
memberikan peningkatan kepada pendekatan baru yang sedang diperdebatkan dalam
literature : pendekatan peraturan, pendekatan perilaku serta pendekatan
kejadian, prediksi dan
positif.
4.7. KESIMPULAN
Pendekatan tradisional terhadap perumusan suatu
teori akuntansi telah menggunakan metodologi normative atau metodologi
deskriptif, suatu pendekatan teoritis atau nonteoritis, suatu bentuk alasan
deduktif atau induktif, dan telah berfokus pada suatu konsep kewajaran,
kesejahteraan social, atau kesejahteraan ekonomi. Pendekatan tradisional telah
berubah secara perlahan menjadi pendekatan selektif dan mulai digantikan oleh
pendekatan-pendekatan yang lebih baru. Apapun pendekatan yang dipilih,
penting untuk diingat bahwa suatu teori akuntansi harus dikonfirmasikan untuk
dapat diterima.
REFERENSI :
1. Ahmed
Riahi – Belkaoui,Accounting Theory, Buku
Satu, Edisi 5, Salemba Empat,Jakarta 2006.
2. Ahmed
Riahi – Belkaoui, Accounting Theory,
Buku Dua, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta 2006.
No comments:
Post a Comment